Senin, 22 Oktober 2012

TUNTUTAN PERUBAHAN DALAM PENDIDIKAN JASMANI

A. PENDAHULUAN Salah satu tujuan dari pendidikan adalah mempersiapkan siswa untuk sukses sebagai orang dewasa. Kurikulum dan sistem sekolah bertujuan meningkatkan skill dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengatasi tantangan di dunia dewasa. Jika ada sebuah kata yang mendeskripsikan dunia saat ini, maka kata tersebut suatu saat akan berubah. Perubahan dunia harus di respon oleh sekolah untuk mempersiapkan siswa menghadapi globalisasi ekonomi saat ini. Siswa membutuhkan kemampuan untuk mengakses informasi dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Internet saat ini menciptakan koneksi informasi yang luar biasa besar. Informasi dari internet dapat digunakan dari tujuan yang bersifat akademik sampai dengan yang bersifat hiburan. Saat ini guru pendidikan jasmani dapat mengakses berbagai website yang menampilkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau cara penilaian dalam pembelajaran hampir di semua cabang olahraga atau aktivitas gerak. Siswa dapat melihat video tentang Kinerja atlet dunia yang dapat di tiru. Informasi yang tersedia hampir tidak terbatas. Masalah yang kemudian timbul adalah bagaimana kita memilah antara informasi mana yang akurat dan mana yang menyesatkan. B. TUNTUTAN PERUBAHAN DALAM PENDIDIKAN JASMANI Globalisasi menyebabkan perbandingan pencapaian akademis antar negara menjadi sesuatu yang tak terhindarkan. Perbandingan kemampuan siswa di Amerika dengan negara lain menjadi tolok ukur keberhasilan usaha reformasi pendidikan di Amerika. Dalam sebuah laporan tahun 1980 berjudul “Sebuah Negara dalam Resiko” menyatakan bahwa sistem pendidikan nasional di Amerika mengalami kemunduran. Banyak siswa tidak mampu menguasai kemampuan dasar untuk lulus dari Sekolah Menengah Atas seperti kemampuan membaca, menulis atau menyelesaikan soal matematika. Pemerintah kemudian bereaksi dengan membuat standar di berbagai bidang keilmuan untuk mengatasi permasalahan ini. “Alasan utama negara menentukan standar kinerja siswa adalah kebutuhan akan peningkatan kualitas pendidikan Amerika. Mempercayakan pembuatan keputusan tentang kurikulum kepada tiap daerah terbukti gagal untuk membawa perbaikan” (Jennings, 1995: 768). Dalam merespon permasalahan ini Organisasi Standar Isi Nasional membuat standar di bidang matematika, IPA, IPS, bahasa, dan seni. Tahun 1995, Asosiasi Nasional Olahraga dan Pendidikan Jasmani mempublikasikan “Bergerak Ke Masa Depan: Standar Nasional Pendidikan Jasmani: Pedoman Pembelajaran dan Penilaian”. Standar pendidikan jasmani ini diterima diseluruh negara sebelum direvisi pada tahun 2004. Jadi apa hubungan antara standar dan pendidikan? Kata “standar” secara umum berarti pengetahuan informasi minimal yang harus dikuasai siswa. Standar isi secara spesifik adalah apa yang harus diketahui siswa dan yang harus bisa dilakukan. Orang yang terdidik jasmaninya haruslah: 1. Mendemonstrasikan kompetensi dalam teknik motorik dan pola gerak yang dibutuhkan dalam Kinerja di berbagai aktivitas fisik 2. Mendemostrasikan pemahaman pada konsep gerak, prinsip, strategi dan taktik yang diaplikasikan dalam pembelajaran dan Kinerja dalam aktivitas fisik 3. Berpartisipasi aktiv dalam aktivitas fisik 4. Mencapai dan menjaga level kesehatan dalam kebugaran jasmani 5. Menunjukkan respon personal dan perilaku sosial ynag menghargai diri sendiri dan orang lain dalam setting aktivitas fisik 6. Menghargai aktivitas fisik untuk kesehatan, menikmati, merasa tertantang, mengekspresikan diri dan berinteraksi sosial Standar Kinerja, di lain pihak, adalah “bagaimana sesuatu yang bagus itu, dianggap cukup bagus?”. Hal ini bermakna sebagai level kepuasan dalam pembelajaran (Lewis, 1995). Pembuatan standar dipergunakan sekolah untuk membandingkan antara Kinerja siswa dengan standar, bukan memperbandingkan dengan siswa yang lain. Dalam format pembelajaran Berbasis standar, siswa dituntut untuk mendemonstrasikan kompetensi di berbagai materi pembelajaran. Dalam pembelajaran Berbasis standar, siswa tidak diperbandingkan dengan siswa lainnya, namun diperbandingkan dengan standar. Jadi tidak menggunakan standar norma. Dalam pembelajaran yang mengacu pada norma, hasil tes di lukiskan dalam sebuah kurva. Dengan menggunakan kurva, target pembelajaran terus bergerak karena standar Berbasis hasil pembelajaran yang dilakukan siswa. Sebagai contoh, siswa dengan tingkat terbaik adalah 5 persen teratas, dan siswa terjelek adalah 5 persen terendah. Namun sejatinya, tidak ada yang benar-benar diketahui tentang apa yang dipelajari siswa. Memperbandingkan antar siswa tak selamanya buruk, terutama jika semua siswa memiliki kualitas gerak yang baik. Namun jika siswa berada dalam tingkat menengah atau bahkan buruk, memperbandingkan antar siswa tak akan efektif dalam mengetahui hasil pembelajaran yanag telah dicapai. C. PEMBELAJARAN BERBASIS STANDAR Buku ini memfokuskan diri dalam peningkatan pencapaian pembelajaran pendidikan jasmani menggunakan Pembelajaran Berbasis Standar, dan Penilaian Berbasis Kinerja / Performa. Dalam pembelajaran Berbasis standar, guru mengidentifikasi unit tujuan Berbasis standar nasional, dan menggunakan standar ini untuk menciptakan ekspektasi siswa dalam pembelajaran.tes formatif dilakukan secara teratur sehingga guru bisa memantau perkembangan siswa dalam mencapai tujuan utama. Jika siswa tidak mampu mencapai harapan, guru harus mengevaluasi cara pembelajaran. Jenis Penilaian Dalam Pembelajaran Berbasis Kinerja Dalam beberapa tahun terakhir, sekolah didominasi oleh pendekatan perilaku, dimana unit pembelajaran dibagi dalam berbagai seri, dan dibagi Berbasis progres pembelajarn yang telah tercapai. Penilaian dalam pendekatan perilaku berfokus pada pencapaian skill siswa dan pengetahuan yang dikuasai. Penilaian kognitif menggunakan soal seperti pilihan ganda, benar-salah, atau mencocokkan. Awal tahun 90an, pendekatan konstruktivisme mulai bisa diterima. Dalam konstruktivisme siswa belajar untuk secara individual menerima dan memahami informasi yang dibutuhkan secara sukarela. Model yang sangat cocok dengan model ini adalah Teaching Games for Understanding (TGfU) dan Sport Education (SE). Penilaian Berbasis Kinerja cocok dengan kedua model di atas. Lambert mendefinisikan Penilaian Berbasis Kinerja sebagai proses yang ditetapkan lebih dulu dan tingkat pencapaian siswa dalam konteks siswa memahami dan mencapai standar yang telah ditetapkan. Penilaian Berbasis Kinerja lebih menekankan pada proses pencapaian kriteria yang telah ditetapkan daripada hanya pencapaian skor dalam skill test. Terdiri atas dua bagian utama, yaitu performa siswa dalam tugas atau latihan, dan kriteria yang ditentukan. Skill test bukanlah Penilaian Berbasis Kinerja, karena Penilaian Berbasis Kinerja itu kompleks dan lebih menilai pembelajaran daripada hasil. D. PENGARUH PENGGUNAAN STANDAR DALAM PEMBELAJARAN Berikut adalah kunci untuk melaksanakan pembelajaran Berbasis Standar: 1. Mensetting tujuan yang dapat diidentifikasi tentang apa yang harus siswa ketahui dan harus bisa dilakukan 2. Unit rencana pembelajaran yang bisa dipelajari seluruh siswa 3. Menginformasikan kepada siswa tentang kriteria evaluasi 4. Mengembangkan penilaian dan pembelajaran yang bekerja bersama 5. Menghubungkan penilaian dengan tugas di dunia nyata 6. Mengidentifikasi pendapat dari luar sekolah 7. Menggunakan penilaian untuk mendokumentasikan kemampuan siswa yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran dan kemampuan berfikir yang lebih tinggi. a. Menentukan Tujuan dalam Pembelajaran Banyak guru pendidikan jasmani membuat Rencana Pelaksanaa Pembelajaran yang terpisah dari hari ke hari, pembelajarannya mungkin bertautan dari pembelajaran ke pembelajaran selanjutnya, namun kurang dari segi ketercapaian tujuan utama. Jika guru fokus kepada tujuan pembelajaran utama atau hasil akhir, maka disain pembelajaran akan disusun secara langsung untuk mencapai tujuan utama. Siswa tidak akan kebingungan dengan tujuan pembelajaran yang tidak relevan. Dalam Pembelajaran Berbasis Standar, guru mengawalinya dengan proses identifikasi tentang tujuan utama, apa yang harus diketahui siswa dan apa yang harus bisa dilakukan siswa. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam Pembelajaran Berbasis Standar dibangun Berbasis tujuan pembelajaran yang jelas, dilanjutkan dengan mengembangkan penilaian yang mengukur bagaimana tujuan ini bisa tercapai. Guru selanjutnya menginformasikan kepada siswa tentang tujuan ini sehingga siswa mampu bekerja dengan visi mencapai tujuan ini. Di awal pembelajaran guru menerangkan tentang kompetensi yang akan dicapai, contohnya dengan cara menunjukkan gambar atau video tentang gerakan yang harus bisa dilakukan diakhir pembelajaran. Misalnya memperlihatkan video teknik guling depan yang benar. Dengan mengetahui tujuan, membuat pembelajaran lebih berarti dan bermakna bagi siswa. b. Rencana Pembelajaran Perbedaan Perencanaan pembelajaran dalam penilaian tradisional dan penilaian Berbasis standar: PENILAIAN CARA TRADISIONAL PENILAIAN BERBASIS STANDAR 1. Memilih aktivitas (misalnya sepakbola, bolavoli) 1. Menentukan target 2. Menentukan tujuan 2. Mendefinisikan standar target dan indikator 3. Menentukan apa yang akan diajarkan 3. Menentukan bagaimana cara untuk mengetahui jika target telah tercapai 4. Menilai 4. Menulis rubrik 5. Menuju materi selanjutnya 5. Memilih aktivitas 6. 6. Melaksanakan pembelajaran dan penilaian secara bersama untuk mencapai target c. Menyampaikan kriteria terhadap siswa Dalam Pembelajaran Berbasis Standar, guru menyampaikan kriteria penilaian secara jelas agar siswa tahu apa yang harus diketahui dan apa yang harus bisa silakukan di akhir pembelajaran. Hal ini akan menghilangkan kebingungan siswa tentang pembelajaran yang akan dilakukan. d. Menghubungkan Penilaian ke Pembelajaran Banyak guru penjas menyatakan bahwa penilaian menghabiskan banyak waktu, terutama dikelas yang memiliki banyak siswa. Dalam Pembelajaran Berbasis Standar penilaian dan pembelajaran dilaksanakan secara bersamaan. Sebagai contoh, ketika pembelajaran sepakbola, guru sekaligus menilai kemampuan siswa tentang teknik yang dikuasai, pengetahuan tentang peraturan, kerjasama tim, kemampuan psikomotor, dan lain sebagainya. Penilaian langsung diberitahukan kepada siswa agar terjadi feedback dan siswa terus belajar untuk mencapai target. e. Membuat Koneksi dengan Dunia Nyata Dalam Pembelajaran Berbasis Standar siswa dituntut untuk menciptakan hubungan antara pembelajaran dan dunia nyata. Hal ini bisa dilakukan dengan membuat laporan pertandingan, statistik pertandingan, seperti yang dilakukan dalam model pembelajaran Sport Education f. Mendengar Pendapat Masyarakat Guru bisa mengundang orang tua siswa untuk melihat pembelajaran dan memberikan masukan terhadap pembelajaran yang dilakukan. Penilaian bisa dilakukan dengan menggunakan rubrik. RUBRIK PENILAIAN SENAM Kriteria evaluasi Kinerja - Senam menggunakan gerakan lokomotor dan nonlokomotor - Menampilkan elemen Kinerja yang tepat, antara lain waktu dan kesesuaian tempat - Keserasian gerak dalam grup - Kesesuaian dengan musik - Kombinasi gerakan yang kreatif Rating Kinerja 0 – Tak dapat menampilkan apapun 1 – Senam tak mampu menampilkan elemen yang ditentukan 2 – Senam menampilkan beberapa elemen namun tidak lengkap 3 – Seluruh elemen dapat ditampilkan 4 – Kinerja seluruh elemen secara sempurna g. Kemampuan Berfikir yang Lebih Tinggi Pembelajaran Berbasis Standar menuntut siswa untuk memiliki kemampuan berfikir yang tinggi, seperti analisis, sintesis dan evaluasi. Contohnya, bertanding akan mengembangkan kemampuan menganalisis kelebihan dan kelemahan lawan, dan mensintesis atau mengkreasikan strategi untuk mengalahkannya. E. PERAN PENILAIAN DALAM PROGRAM PENDIDIKAN JASMANI Penilaian memiliki beberapa tujuan dalam program pendidikan jasmani. Guru pendidikan jasmani dapat menggunakan hasil penilaian antara lain untuk; 1. Mengukur perkembangan siswa untuk rencana pembelajaran selanjutnya 2. Mengukur proses pembelajaran siswa untuk mengetahui tingkat motivasi siswa 3. Memberikan umpan balik untuk siswa 4. Dokumen keefektivitasan program 5. Merumuskan proses observasi 6. Laporan dokumentasi pembelajaran siswa untuk dilaporkan kepada orang tua atau pihak terkait F. BERPINDAH KE PENILAIAN BERBASIS KINERJA Mayoritas guru pendidikan jasmani menggunakan tiga jenis tes, yaitu tes skill, tes kebugaran jasmani, dan tes tertulis. Permasalahan yang sering muncul adalah seorang siswa memiliki skor yang tinggi dalam tes skill namun tidak bisa bermain dalam permainan sesungguhnya. Penilaian Berbasis performa menilai siswa tidak hanya satu bagian saja, namun secara menyeluruh. Penilaian menggunakan penamatan langsung dalam proses pembelajaran. Namun begitu penilaian Berbasis performa juga bisa dikombinasikan dengan tiga jenis tes di atas. a. Tes tertulis Digunakan untuk mengetahui kemampuan dasar siswa tentang peraturan atau definisi. Bisa pula digunakan untuk mengukur pemahaman siswa tentang prosedur keselamatan, misalnya ketika kita akan belajar lempar lembing. b. Tes Kebugaran Jasmani Guru pendidikan jasmani seringkali melaksanakan tes kebugaran jasmani dua kali setahun. Hasil tes ini akan memberitahu guru tentang kondisi kebugaran jasmani siswa untuk menentukan program pembelajaran selanjutnya. Misalnya siswa kurang dalam fleksibilitas, guru dapat memprogramkan yoga atau senam. c. Skill Tes Siswa dapat diberi skill tes dengan sebelumnya memberitahukan kriteria tes agar siswa memiliki target dalam berlatih dan menciptakan perubahan selama pembelajaran. Skill tes mampu mendokumentasikan secara lengkap kemampuan teknis siswa. G. KESIMPULAN Pendidikan mencerminkan masyarakat secara menyeluruh. Perubahan yang ada di masyarakat menuntut pendidikan untuk berubah pula. Metode pembelajaran dan metode penilaian baru wajib dirumuskan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik. Jika pendidikan jasmani ingin bertahan, maka perubahan adalah sesuatu yang tak bisa ditawar lagi. Penilaian Berbasis performa mencoba menjawab permasalahan ini. Berbeda dengan penilaian tradisional, penilaian Berbasis performa menuntut siswa untuk aktiv mengembangkan teknik dan pengetahuan dalam berbagai macam penugasan. Penilaian adalah kunci utama perubahan dalam program pembelajaran pendidikan jasmani.