Pertandingan Indonesia melawan Oman pekan kemarin ditutup dengan kejadian unik yang cukup menggelitik. Di akhir laga yang dimenangkan Oman 1-2 itu, seorang supporter Indonesia melompat dari bangku penonton, menembus barikade keamanan dan masuk kedalam lapangan. Apa yang ia lakukan di dalam lapangan? Tak seperti kejadian biasanya, supporter ini masuk kedalam lapangan tidak untuk memukul wasit ataupun menyerang pemain lawan. Inilah yang unik, sesaat setelah masuk kelapangan, ia langsung merebut bola dari pemain Indonesia, menggiring bola hampir separuh lapangan dan mencoba mencetak gol ke gawang Oman yang dikawal kiper Ali Al Habsi, yang notabene juga kiper dari tim Bolton Wanderers dari liga Inggris. Kejadian konyol ini sontak menjadi perhatian media dan berpotensi menghadirkan sanksi FIFA terhadap PSSI.
Namanya Hendri Mulyadi. Seorang pemuda berusia 20 tahun. Ia adalah seorang gila bola yang tentu saja juga merupakan seorang supporter Timnas Indonesia yang militan. Ia berasal dari kalangan ekonomi lemah (yang memang mayoritas supporter bola fanatik Indonesia berasal). Dari gaya bicaranya ia terlihat memiliki nasionalisme yang begitu tinggi. Khas supporter Indonesia pokoknya.
Mengapa tiba2 ia bisa berbuat senekat itu? Setan apa yang merasukinya? Tentu motivasinya bukan lah kriminal atau ingin membuat kekacauan. Jika motivasinya adalah membuat kekacauan tentu yang dilakukannya adalah memukul wasit atau memukul pemain lawan, namun hal tersebut tidak ia lakukan. Lalu mengapa ia masuk kedalam lapangan? Dari wawancara yang dilakukan, hal itu dilakukan semata2 merupakan akumulasi dari kekesalannya yang melihat timnas Indonesia tidak jua bisa berprestasi. Ini adalah pelampiasan dari rasa frustasi yang tidak bisa dibendung lagi.
Kekecewaan atas torehan timnas senior tidak hanya dialami Hendri saja, tapi juga seluruh publik sepakbola nasional. Bahkan, dukungan terhadap Hendri pun bermunculan, salah satunya melalui jejaring sosial Facebook, 'DUKUNG HENDRI MULYADI untuk SEPAK BOLA INDONESIA yang LEBIH BAIK'.
Jika di survey, mungkin lebih dari separuh penonton yang menonton pertandingan sore itu memendam perasaan dongkol yang sama dengan Hendri. Hanya saja yang patut di puji, Hendri memiliki keberanian yang begitu tinggi untuk melampiaskan kekesalannya dengan cara yang menarik perhatian. Hal yang tidak dimiliki supporter lain, meski mungkin memiliki perasan yang sama dengan Hendri.
Untuk menganalisis kejadian ini, kita tidaklah boleh terjebak dalam perdebatan dari sisi aturan. Karena jujur saja, salah satu citra buruk Indonesia adalah berkaitan dengan inkonsistensi dalam menerapkan aturan main. Sungguh, kita harus membahas kejadian ini dengan arif dan mengedapankan aspek moral. Memang, luapan emosi seperti yang diperagakan Hendri tidaklah bisa ditolerir apalagi dibenarkan, namun motivasinya untuk menyadarkan insan sepakbola Indonesia, ini yang layak dipuji. “Hey, ada yang salah dengan sepak bola kita” kiranya ia mampu berucap kala itu.
Secara yuridis formil memang Hendri telah melakukan kesalahan yang sangat berat. Ia telah mencoreng martabat bangsa karena mengganggu keamanan pertandingan yang sungguh dijaga begitu ketat oleh pihak keamanan. Namun kenyataannya secara umum Sepakbola Indonesia memang layak malu terhadap situasi saat ini. Bukan situasi keamanan yang gagal dijaga, namun lebih dari itu, bangsa Indonesia seharusnya malu terhadap prestasi sepakbola Indonesia yang tak kunjung tiba.
Jika dirunut kebelakang sungguh tahun 2009 adalah tahun kelabu bagi sepakbola Indonesia. Mulai dari kegagalan Timnas U-19 yang telah disekolahkan di Uruguay. Kemudian kegagalan tim Sea Game yang bahkan kalah oleh Laos. Bayangkan! Laos. Kita tidaklah berbicara tentang Singapura, Malaysia, atau Thailand, tapi sungguh memalukan Timnas kita telah kalah oleh Timnas Laos. Tim yang sebelumnya selalu jadi lumbung gol kita. Kegagalan2 tahun 2009 ini ditutup dengan kegagalan Timnas lolos ke Piala Asia setelah kalah dari Oman. Sungguh kemudian kegagalan adalah kata yang sangat sulit dilepaskan dari kata “Timnas Sepakbola” itu sendiri. Hingga muncullah sedikit lelucon, jika Timnas Indonesia ingin juara, buatlah sebuah kejuaraan sendiri, undanglah tim-tim yang sekiranya bisa kita kalahkan seperti Timor Leste, Kamboja, Filiphina, atau Brunei Darussalam. Begitulah kiranya cara mudah agar kita bisa juara, hehehehehe
Ditengah harapan yang selalu membumbung tinggi namun kenyataannya kegagalanlah yang selalu mendera, tak heran jika rasa frustasi mulai menggelayuti. Maka luapan kekecewaan seperti yang dilakukan Hendri layaknya dimaklumi bahkan sepatutnya mendapatkan apresiasi. Akhirnya semoga kejadian yang kita sebut saja sebagai “Hendri’s Tragedy” ini menjadi momentum bagi kebangkitan prestasi sepakbola Indonesia dan kita bisa mengambil hikmah dari kejadian ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar